Kotak Listrik, Musik, Program

Kotak Listrik 3

  • 1/19
  • 2/19
  • 3/19
  • 4/19
  • 5/19
  • 6/19
  • 7/19
  • 8/19
  • 9/19
  • 10/19
  • 11/19
  • 12/19
  • 13/19
  • 14/19
  • 15/19
  • 16/19
  • 17/19
  • 18/19
  • 19/19

Berbeda dengan acara sebelumnya, Kotak Listrik 3 dilaksanakan bersamaan dengan ulang tahun Hysteria ke 7. Tak heran format acaraya juga berubah dari yang biasanya murni musik eksperimental menjadi acara multi disiplin seni. Tercatat ada teater ASA dari IAIN Walisongo, Elektrokids, Brongot Setan Kober, Teror Incognita, Electrical address, teater Dipo dari Undip, Fotokopi, pantomime oleh Adi Nagoro dari Jogja, Luluk Krapyak dan Openk Hysteria, Bowo Kajangan, dan Biscoti dari Italy.
Acara dibuka oleh penampilah Elektrokids yang memainkan musik musik elektronik yang sangat menggugah minat untuk mengangkat dan menggoyangkan tangan. Sayangnya acara harus jeda karena bersamaan dengan adzan magrib. Suasana berubah menjadi tenang ketika teater ASA yang menunjukkan kebolehan mereka berakting. Mereka seolah ingin mengingatkan kita kalau banyak ketimpangan yang terjadi di nusantara ini. Kemudian disambung oleh gaya rap dari Fotokopi yang sedemikian lihai memainkan kata, tak jarang mereka mengeluarkan suara scream yang melengking. Dilanjutkan dengan kemahiran teater Dipo dalam memainkan peran dan gerak. Seakan mereka seperti merasuki pikiran penonton dengan monolog berat dan sugestif dari mereka. Belum habis rasa takjub penonton, sudah lagi disuguhi oleh penampilan Bowo Kajangan yang terlihat kematangannya dalam mengolah gerak. Kharisma Bowo Kajangan kontan menyedot banyak perhatian dari penonton, bahkan para pengemudi pun sampai berhenti sejenak untuk melihatnya memainkan api, seolah api tersebut membakar segala hal buruk yang telah kita lakukan di masa lalu. Kemudian disambung oleh Electrical Address yang menghadirkan kesan bahwa kita bisa mengenang masa lalu sebagai bahan pembelajaran.

Acara berlangsung meriah dan membuat Perwakilan Disbudpar Kota Semarang, Bapak Kasturi, terkesan. Kemudian dilanjutkan oleh orasi budaya dari Adin yang tak kalah bersemangatnya hendak melanjutkan perbuatan Bowo Kajangan dengan membakar semangat para pemuda, penonton yang ada di taman KB malam itu. Lalu dilanjutkan oleh acara potong kue.

Acara tak berhenti di situ saja, masih dilanjutkan oleh performance oleh Luluk Krapyak dan Openk. Mereka berdua ingin memvisualisasikan kembali sejarah yang sempat akan dihapuskan pada masa pemerintahan orde baru. Juga mencoba mengingatkan bagaimana rakyat kecil yang dengan susah payah membangun Indonesia dengan gampang peran mereka diambil alih oleh penguasa yang batil. Belum luluh euforia penonton akan pertunjukkan Luluk Krapyak dan Openk, para penonton kembali dibuat tegang oleh Adi Nagoro dalam pertunjukkan pantomimenya dengan judul ‘Communisto Phobia’. Di situ para penonton diajak untuk tidak berlarut-larut dalam berparadigma soal komunis di Indonesia. Kemudian ada Orgytext yang menyuguhkan abstraksi dalam permainan gitar dan memainkan kata-kata. Ya, Bentar dan Pop memang terbilang mahir mengabstraksikan realita menjadi semacam guyonan khas Orgytext.

Orang yang lama, muncul kembali. Seperti semangat yang mulai pupus dihijaukan lagi oleh ajakan-ajakan yang bersinambungan. Demikanlah penampilan BSK dalam acara ini. Banyak penonton yang merindukan penampilan Yuli dkk, suatu kegilaan yang termunculkan kembali seperti sebuah gunung tidur yang bererupsi dan menjadi merapi membakar semangat penonton untuk bergoyang mengikuti dentuman bass. Jadinya seperti nostalgia, ketika berakhirnya penampilan BSK dilanjutkan oleh Teror Incognita, Bemby cs mampu melanjutkan atmosphere yang sedari tadi menyala. Melalui suara-suara elektronik yang khas, rapping yang runtut bagai rentetan bren, serta suara cewek yang terkesan galau.

Ketika penonton sudah agak lelah, masuklah Biscoti dengan kepiawaiannya memainkan musik elektronik mampu membangkitkan kembali semangat yang sudah mulai lesu. Penampilan cewek Italy yang mungil dan bersuara juga mungil ini sangat memukau sampai-sampai penonton turun ke dance floor untuk berbagi kesenangan malam tersebut. Setelah usai membawakan beberapa lagu kesayangannya, Biscoti diminta untuk menyanyi lagi. “we want more…!” demikian teriakan penonton. Alhasil, kesenangan berlanjut sampai waktu menunjukkan pukul 22.50.

You Might Also Like

Tinggalkan Balasan