Musik

Mandoors: Mengulik Eksplorasi Neo-Psychedelia dalam Album Debut “SONE”

Unit neo-psychedelia asal Semarang, Mandoors, baru saja merilis single kelima mereka yang juga menjadi focus track dari album debut mereka, bertajuk “Semestinya”. Setelah merilis lima single sejak November 2022, yaitu “Tata Kala Siapa”, “Mau Jadi Apa”, “Memaksa”, “Terendus”, dan “Semestinya”, Mandoors memutuskan untuk menyatukan rangkaian lagu tersebut dalam format album penuh.

Diberi judul “SONE”, album ini mengambil potongan dari ungkapan bahasa Jawa, “sak isone” (sebisanya). Meski demikian, konsep “sebisanya” ini tidak berarti bahwa album ini hanya disuguhkan secara asal-asalan. Sebaliknya, Mandoors ingin merepresentasikan kondisi mereka yang dirasa belum mencapai standar ideal dalam industri musik secara teknis.

Dalam album ini, kuartet Mandoors, yang terdiri dari Kurniawan Nugroho (vokal/gitar), Ichsan Chamami (synth), M Zuma Mahardhika (bass), dan Dewa Herlambang (drum), berusaha melampaui batas-batas musik mereka sebelumnya. Mereka menyajikannya dalam bentuk album yang seluruhnya menggunakan lirik dalam bahasa Indonesia.

Album berisi 11 lagu ini mengeksplorasi berbagai instrumen elektronik, terutama synthesizer analog, dengan komposisi yang menghadirkan nuansa danceable. Hal ini dapat terdengar dalam instrumental “Semestinya”, yang menjadi dasar penulisan seluruh lagu di album “SONE”.

Album ini dibuka dengan lagu “Di Sebelah”, sebuah lagu pembuka tanpa vokal yang langsung membawa aroma musik dance dengan bassline repetitif ala tahun 80-an. Dilanjutkan dengan lagu-lagu lain seperti “Bertanya Kepada” dan “Tak Terungkap”, serta lagu-lagu lain yang memiliki benang merah dengan “Semestinya”. Di antara itu, sentuhan EP debut mereka, “Scepticism”, masih terasa dalam “Memaksa” yang menghadirkan psych-rock dengan nuansa padang pasir.

Dari segi lirik, “SONE” mengangkat berbagai tema, termasuk kebimbangan tentang masa depan, ketidakpercayaan diri, dan keluarga. Pikiran skeptis dalam menghadapi aturan baru yang berasal dari berbagai sumber diungkapkan dengan lugas dalam lagu “Tata Kala Siapa”. Sementara itu, “Terendus” menggambarkan pencurigaaan terhadap tanda-tanda yang tidak wajar dalam kehidupan sehari-hari. Lagu-lagu lainnya mengungkapkan tuntutan untuk membuat pilihan dalam hidup (“Memaksa”), dinamika hubungan pertemanan (“Mau Jadi Apa”), serta skeptisisme terhadap norma yang berlaku dalam kehidupan (“Semestinya”).

Secara keseluruhan, “SONE” menjadi cara bagi anggota Mandoors untuk memasuki alam bawah sadar mereka dan menjelajahi imajinasi dunia yang utopis. “Seluruh lagu dalam album debut ini sebenarnya merupakan mekanisme penyesuaian diri bagi kami yang saling menjelajah dan mengenal diri sendiri,” jelas sang vokalis dan gitaris, Kurniawan Nugroho, atau yang akrab disapa Iwan.

Album ini menjadi pintu keluar bagi mereka untuk menciptakan dunia mereka sendiri secara bebas. “Musik kami kadang-kadang menjadi pelampiasan dan jalan keluar bagi kami sebagai individu-individu yang muak dengan hiruk-pikuk dan kebisingan realita, sehingga kami dapat mencuri napas segar melalui dunia utopis yang bebas, yang kami ciptakan dengan elemen suara dan nada,” tambah Iwan

Album “SONE” dari Mandoors akan dirilis melalui platform digital melalui label sekota mereka, HILLS, mulai tanggal 16 Juni 2023. Mandoors juga berencana untuk merilis versi fisik album ini, beberapa video musik, dan menjadwalkan serangkaian tur promosi di Jawa dan Bali pada tahun ini.

Jika Anda ingin mendengarkan eksplorasi neo-psychedelia yang menarik ini, jangan lewatkan album debut Mandoors, “SONE”. Album ini diharapkan dapat menjadi perantara antara realita dan utopia bagi mereka yang menciptakannya maupun mereka yang mendengarkannya.

Simak selalu kabar terbaru dari Mandoors melalui kanal media sosial mereka:

https://www.instagram.com/mandoors_/?hl=en

You Might Also Like

Tinggalkan Balasan