Arsip, Festival

Festival Kota Masa Depan

  • 1/12
  • 2/12
  • 3/12
  • 4/12
  • 5/12
  • 6/12
  • 7/12
  • 8/12
  • 9/12
  • 10/12
  • 11/12
  • 12/12

Sehubungan dengan ulang tahun Lembaga Hysteria mengadakan Festival Kota Masa Depan. Tema ini dipilih berdasar pembacaan ulang modus berkesenian kami dalam dasawarsa terakhir ini yang mempunyai perhatian pada seni, komunitas, anak muda, dan isu mengenai perkotaan.

‘Kota Masa Depan’ bermula dari gagasan untuk mengajak masyarakat membayangkan masa depan kota sesuai yang mereka inginkan. Dalam banyak kesempatan disebutkan selama ini kota-kota di Indonesia didesain secara elitis, hanya melibatkan pimpinan daerah dan teknokrat (ahli tata kota). Padahal tak selalu pola pembangunan seperti itu tepat di masyarakat. Pembangunan yang tak menyerap aspirasi lapisan bawah seringkali berakhir dengan kekecewaan karena hasilnya tak sesuai yang diinginkan. Perencanaan kota lebih banyak dikuasai elitis yang dianggap ahli dalam hal kota. Merujuk pada asal kata ‘ahli’ yang berarti pemilik, yang memiliki kota tentu tak hanya pemeritah maupun teknokrat, karena dibangun bersama seluruh masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut selama ratusan tersebut. Mereka, yang tinggal kota, adalah pewaris sah kota dan dengan demikian mereka adalah para ‘ahli’ di lingkup terkecil bagian dari kota itu sendiri.

Menurut sosiolog dan pakar ekonomi Saskia Sassen (penulis buku The Global City) seringkali pengetahuan dari masyarakat tidak terakomodir dalam pembangunan kota. Padahal banyak pelajaran yang bisa diambil dari hal tersebut.
‘Kota Masa Depan’ mengajak publik dan seniman untuk bersama-sama mempunyai kepedulian terhadap masa depan kota dan merangsang khalayak untuk bersama-sama secara aktif menyuarakan imajinasinya tentang kota di masa mendatang. Suara-suara ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagaimana kelak kota dibangun.

You Might Also Like

Tinggalkan Balasan